Senin, 09 Februari 2009

rindu pada laut

aku rindu birunya laut, ingin aku memeluk ombak yang menari-nari di pantai, menyapu ribuan pasir yang tegar dan siulan angin yang bergemuruh mendansakan helai-helai daun dari ribuan pohon kelapa yang menjulang angkasa

aku ingin mengangkasakan tubuhku untuk berirama sayap bersama burung-burung laut yang berkelompok

aku ingin seperti hijaunya daun yang damai dijatuhi kristal-kristal hujan, diam dan tetap hidup

atau seperti perahu layar di naungan air laut yang tak geming
meski matahari sendu hari ini
aku tetap seperti biru laut
hijau daun,
burung-burung,
dan perahu layar yang tersenyum

Putih, Bisik, Ganas

Aku berburu mimpi
Dia melayang bersama hujan
Pelangi, badai…

Hanya saja aku terjerat butir gelap masa lalu
Itu yang mencabikku
Tentang warna putih
Tentang angina berbisik
Atau tentang keganasan

Dan dibalik lipatan tirai
Terusik senja yang mencoba lunak
Untuk menampakan kajian lembayung
Dan berbagai zat yang meleburkan kegaduhan kekangan

Tentang warna putih:
Aku tak mau tertidur
Atau menutup pintu untuknya
Hanya saja telah ada kemunafikkan
Untuk menjegal segala baja penghalang warna putih untuk senyum
Sampai efek itu menggelembung
Dan membusuk
Membuat pelangi hitam abu dan gelap
Dan mencerca kesucian agungNya.
Kuasaku pun membuat pasir
Dan menenggelamkan nyawa sendiri

Tentang angin berbisik:
Aku mau merenung kegagalan langkahku
Yang hampir berakhir
Bersama lautan dan tangis
Bersama belokan maya
Sampai kabur mataku untuk memandang masa depan

Tentang:keganasan:
Jangan pernah mencoba
Sebuah keinginan dari syaraf bernama ’ketangguhan’
Dia akn memanggil iblis yang lembut
Dan penyayang
Dengan pelukan dan kecupan
Dia menjalarkan nafsu bisu
Yang akan menenggelamkan keimanan
Dan nama tentang Tuhan

aku ingin

aku ingin bermimpi..
mencarai harapan

aku ingin mencintai..
agar kesedihan sirna

aku ingin dicintai..
agar kehidupan berpelangi

aku ingin menangis..
untuk secercah kebahagiaan dan sedih

aku ingin berlari..
melompat meraih cita

aku ingin menemanimu bidadari..
bermesra dalam ibadah

aku ingin bertahta..
memberi untuk sahabat

aku ingin berteriak..
mendengarkan jeritan

aku ingin memlukmu..
untuk kasih yang tertunda

aku ingin tersenyum..
meng-iya-kan nikmat tuhan

aku ingin bersujud..
menemani sejadah melepas dosa

aku ingin tertawa..
menghiasi sedih anak-anak jalanan

aku ingin mengecup-Mu..
menegakkan asma-Mu

dan aku ingin yang kuinginkan.

ku lihat malaikat menyapu..

pagi telah ku saksikan gelombang merah
membahana di seluruh negeri nabi,
ataupun dentuman lebih dari sekedar auman harimau,
menyuarakan keangkuhan...
mentasbihkan diri...
dan mengangkat mahkota sendiri,
dia telah mencuri dari Tuhan.

kilau malam yang semula bercahaya
tak tentu waktu, telah mengobarkan jeritan
tangis...
kesedihan untuk mengakhiri keharmonisan hidup,
sejak berpuluh-puluh tahun lalu
terus bergelombang bak kurva sinus
sampai tangisku berdarah
negeri itu masih gelap.

aku suruh bumi menelan malam
dan segera melahirkan siang yang dinanti,
hanya saja tak ada yang berubah
seolah rangkaian senar kehidupan yang mati
bahkan saudara negeri itu tak mampu menegakkan kelopak mata
agar sejenak menghadiahkan rona baru.

sampai ubunku telah membeku
kilatan hitam dikepalaku telah memutih
tegangnya kulit ari hampir layu
dan matahari mulai mengantuk
serta merta angkasa tak karuan untuk berirama
negeri itu tetap suram...
negeri itu tetap meraung...
negeri itu tetap terluka...

kecuali engkau,
kawan-kawan ku
yang mengikrarkan dalam hatinya muslim
yang melegalkan Tauhid
yang mencintai Sang Nabi
Yang masih tersimpan anugerah kasih Tuhan untuk mengulurkan tangan putih pada saudara-saudara di negeri itu

peduli utuk berdoa
peduli mencucurkan kemegahan
peduli untuk mengangkasakan tangan melafadzkan takbir,
peduli untuk berdarah merah..
mari acungkan semua niatan perjuangan itu,
agar nanti kau dan aku melihat malaikat menyapu,
mensucikan Negeri Sang Nabi dari ZIONIS!